A . Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini
Pendidikan anak usia
dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar
yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak
lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian
rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan
jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan
lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan
informal.
Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk
penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke
arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan
kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan
spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan
komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang
dilalui oleh anak usia dini.
Saat ini bidang ilmu pendidikan,
psikologi, kedokteran, psikiatri, berkembang dengan sangat pesat.
Keadaan itu telah membuka wawasan baru terhadap pemahaman mengenai anak
dan mengubah cara perawatan dan pendidikan anak. Setiap anak mempunyai
banyak bentuk kecerdasan (Multiple Intelligences) yang menurut Howard
Gardner terdapat delapan domain kecerdasan atau intelegensi yang
dimiliki semua orang, termasuk anak. Kedelapan domain itu yaitu
inteligensi music, kinestetik tubuh, logika matematik, linguistik
(verbal), spasial, naturalis, interpersonal dan intrapersonal.
Multiple
Intelligences ini perlu digali dan ditumbuh kembangkan dengan cara
memberi kesempatan kepada anak untuk mengembangkan secara optimal
potensi-potensi yang dimiliki atas upayanya sendiri (Tientje, 2000).
Pendidikan
anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak
sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui
pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam
memasuki pendidikan lebih lanjut.
Sebagai orang tua kita ingin
memberikan pendidikan yang terbaik pada anak-anak kita. Dan hal itu
dapat dilakukan dengan berbagai cara, memilihkan sekolah yang baik buat
anak-anak kita.
Saat memasukan anak-anak kita ke playgroup berbeda
dengan TK, karena yang diutamakan adalah beradaptasi/sosialisasi
dengan teman sebayanya disamping ada tujuan lain diantaranya : bermain
& bersenang-senang, sharing, merasakan "menang dan kalah", melatih
kreatifitas anak, melatih motorik kasarnya, mempersiapkan anak agar pada
saat masuk TK sudah tidak lagi susah dalam bergaul / beradaptasi dengan
guru serta teman-temannya..
B . Orang tua Sebagai Guru Pertama
Kegiatan
dan proses pendidikan dapat terjadi dalam tiga lingkungan yaitu
keluarga, sekolah dan masyarakat. Ketiga lingkungan ini harus bekerja
sama dan saling mendukung untuk hasil yang maksimal dalam membentuk
kepribadian seorang anak yang baik dan sholeh.
Lingkungan pertama
yang punya peran adalah lingkungan keluarga, disinilah anak
dilahirkan,di rawat dan dibesarkan. Disinilah proses pendidikan berawal,
orang tua adalah guru pertama dan utama bagi anak. Orang tua adalah
guru agama, bahasa dan sosial pertama bagi anak, kenapa demikian? Karena
orang tua (ayah) adalah orang yang pertama kali melafazdkan adzan dan
iqomah ditelinga anak di awal kelahirannya. Orang tua adalah orang yang
pertama kali mengajarkan anak berbahasa dengan mengajari anak
mengucapkan kata ayah, ibu, nenek, kakek dan anggota keluarga lainnya.
Orang tua adalah orang yang pertama mengajarkan anak bersosial dengan
lingkungan sekitarnya.
Orang tua, ibu khususnya karena seorang
ibu yang biasanya punya banyak waktu bersama anak dirumah, bisa menjadi
guru yang baik bagi anak-anaknya, jika seorang ibu mampu mengarahkan,
membimbing dan mengembangkan fitrah dan potensi anak secara maksimal
pada tahun-tahun pertama kelahiran anak dimana anak belum disentuh oleh
lingkungan lain, dalam artian anak masih suci.
Masa-masa anak
hanya berinteraksi dengan anggota keluarga, ini adalah saat yang tepat
bagi orang tua untuk membentuk karakter seorang anak. Orang tualah yang
mengarahkan kehidupan anak dengan kebiasaan yang dilakukan sehari-hari
dirumah yang merupakan teladan bagi anak.
Disadari atau tidak
oleh orang tua, gerak-gerik dan tingkah laku mereka sehari-hari yang
setiap waktu bahkan setiap saat dilihat, dirasakan dan di dengar oleh
anak adalah proses belajar bagi mereka.
Kalau materi yang sering
diterima anak baik, sebuah keluarga yang harmonis, hubungan yang hangat
dan penuh kasih sayang, secara otomatis unsur-unsur kebaikan itu akan
tertransfer kedalam diri anak, disaat itu bisa dikatakan orang tua telah
berhasil menjadi seorang guru yang baik bagi anaknya. Namun jika materi
yang sering diterima anak tidak baik, seperti kekerasan dalam rumah
tangga, perhatian dan kasih sayang yang kurang karena orang tua sibuk
dengan urusan masing-masing, ucapan-ucapan yang tidak baik, disaat itu
orang tua telah gagal menjadi guru pertama dan utama bagi anak.
Proses
kehidupan dalam sebuah keluarga adalah proses belajar pertama bagi anak
sebelum mereka hidup dalam lingkungan yang lebih luas yaitu sekolah dan
masyarakat. Oleh karena itu seharusnya setiap orang tua harus mampu
memanfaatkan masa-masa ini untuk mengembangkan potensi anak untuk
membentuk pribadi yang sempurna.
Setiap oarng tua selalu mengatakan
dan berharap punya anak yang baik dan sholeh. Jadi untuk mewujudkan
keinginan dan harapan itu, jadilah orang tua sekaligus guru bagi anak
dirumah, dengan menyajikan materi-materi yang mereka butuhkan yaitu
suasana yang tenang tanpa pertengkaran dan kekerasan, kasih sayang dan
perhatian yang cukup dari sosok seorang ibu dan ayah (jadilah ayah dan
ibu ideal bagi anak-anak Anda).
Selanjutnya agar fitrah dan potensi
anak semakin berkembang dan terarah, yang mungkin dalam hal ini orang
tua punya keterbatasan, anak mendapatkan bimbingan dan arahan dari guru
disekolah sebagai lembaga pendidikan secara formal. Disini anak di didik
dan dibimbing oleh seorang guru, dan anak berinteraksi dengan teman
sebaya.
Di sekolah terlihat hasil dari pola asuh orang tua dirumah
sebelum anak terjun kelingkungan sekolah. Ada anak yang baik dan punya
sopan santun, dan ada juga yang terbiasa berkata tidak sopan dan banyak
lagi macam karakter-karakter anak yang lain. Semua model karakter anak
tersebut adalah hasil dari didikan orang tua dirumah.
Sesuatu yang
ditanamkan dan dibiasakan oleh orang tua sebagai dasar karakter anak
itulah yang kelihatan dalam diri anak pada tahap berikutnya.
Perbedaan-perbedaan ini bisa terlihat ketika anak-anak berkumpul dan
bergabung jadi satu, disanalah terlihat bermacam-macam kepribadian dan
karakter mereka.
Tugas guru disini membantu orang tua untuk
membimbing dan mengembangkan potensi anak agar lebih terarah. Sekali
lagi sifatnya hanya membantu, semaksimal apapun usaha yang dilakukan
seorang guru tanpa bantuan dari orang tua hasilnya sia-sia. Karena waktu
guru bersama anak dan orang tua bersama anak berbanding 25% dan 75%.
Anak lebih kurang hanya punya waktu 25% perhari bersama guru disekolah,
sisanya 75% lagi anak menghabiskan waktu bersama orang tua dirumah. Lagi
pula saat anak berada disekolah, seorang guru tidak akan mampu
memperhatikan anak didiknya satu persatu yang kadang jumlahnya melebihi
kapasitas, dan dalam masalah ini guru tidak punya wewenang apa-apa, guru
hanya menjalankan tugas mengajar dan menjadi seorang pendidik.
Intinya
walaupun anak sudah diserahkan kesekolah bukan berarti urusan
pendidikan anak adalah tanggung jawab sekolah dan orang tua lepas tangan
dan melalaikan pendidikan anak. Yang harus dilakukan adalah orang tua
menjalin kerja sama dan komunikasi yang baik dengan pihak sekolah atau
guru, agar tidak terjadi kesalah pahaman dalam mendidik anak.
Setelah
orang tua dibantu oleh guru disekolah, selanjutnya anak akan masuk pada
lingkungan sosial yaitu masyarakat. Kematangan anak untuk masuk pada
lingkungan masyarakat tidak terlepas dari peran orang tua. Tentunya
orang tua telah mempersiapkan anaknya untuk memasuki lingkungan
masayarakat, disekolah juga anak telah belajar hidup bersosial dengan
adanya interaksi antara anak yang satu dengan yang lainnya. Pelajaran
yang diperoleh anak dari orang tua dan guru menjadi bekal bagi anak
untuk berinteraksi dengan lingkungan sosial yang lebih luas.
Tugas
lingkungan masyarakat adalah memelihara dan melestarikan apa yang sudah
dimiliki anak, dengan cara menciptakan lingkungan masyarakat yang sehat
dan bebas dari penyimpangan-penyimpangan yang bisa merusak jiwa anak.
Usaha ini masih titik awalnya berasal dari setiap orang tua, karena
masyarakat itu merupakan gabungan dari satu keluarga dengan keluarga
lainnya. Apabila setiap orang tua yang ada disatu lingkungan yang
disebut masyarakat sudah melaksanakan kewajiban, tugas dan tanggung
jawab masing-masing pada anaknya niscaya akan tercipta lingkungan yang
baik dan sehat selanjutnya anak juga akan berkembang dengan baik dan
sempurna.
Dari uraian di atas terlihat jelas bahwa titik awal dari
pembentukan kepribadian seorang anak dan masyarakat adalah orang tua.
Seandainya setiap orang tua menyadari tugas dan tanggung jawabnya serta
mampu menjadi guru pertama bagi anak-anaknya, mungkin akan terlahir
generasi muda yang punya kepribadian tangguh dan anak-anak sholeh.
C . Untuk pertimbangan pemilihan TK.
Agama,
mencari sekolah yang sesuai dengan agama karena pelajaran agama harus
sudah dikenalkan kepada anak dari sejak dia dalam kandungan Ortua &
juga sejak dia sudah mengetahui/ mengenal agamanya.
Atau mencari
sekolah yang tidak berdasarkan agama tertentu sehingga diharapkan anak
menyadari dan mengetahui adanya perbedaan agama, perbedaan ras dan anak
dapat bersikap sopan terhadap yang lain dan anak sadar akan identitas
dirinya tetapi juga luwes bergaul dengan mereka yang berbeda dari
dirinya.
Lokasi, dekat dengan rumah karena anak masih kecil,
mudah untuk diantar dan dijemput. Jika terpaksa memilih sekolah yang
letaknya jauh dari rumah, pengunaan bis sekolah dapat dipertimbangkan.
Bis
sekolah dapat melatih anak untuk mandiri dan bersosialisai dengan
teman–teman yang berada dalam bis tersebut apalagi jika kedua orang tua
bekerja dan tidak ada yang dapat mengantar dan menjemput, tetapi jika
mengunakan bis sekolah anak akan berada terlalu lama dalam bis sekolah.
Kurikulum, mutu pendidikan, kemampuan guru, dan sekolah tidak
mematikan kreatifitas anak, dimana anak tidak dituntut untuk mengikuti
kehendak gurunya.
Biaya, dengan biaya yang tidak terlalu mahal dan kualitas yang tidak mengecewakan.
Saat
anak memasuki sekolah yang lebih tinggi SD, SMP, SMA pertimbangan mutu
sekolah, disiplin sangat diutamakan, kemudian kita berpikir untuk
memasukan anak-anak kita pada sekolah swasta sesuai dengan agama atau
pertimbangan lainya.
Sekolah swasta memiliki fasilitas lebih dari
sekolah negeri, dan guru yang selalu membimbing, mengarahkan dapat mudah
ditemui, dengan bayaran yang tinggi sekolah swasta hanya dapat
dinikmati golongan tertentu yang akhirnya tidak ada perbedaan yang
mencolok. Berbeda dengan sekolah negeri yang miskin akan fasilitas, guru
yang terkadang tidak ditempat, sehingga murid "dipaksa" untuk mampu
mandiri dan belajar sendiri, dan banyak keanekaragaman murid.
Kebanyakan dan disadari atau tidak, memilih sekolah terkadang merupakan
obsesi dari orang tua & rasa cinta Almamater.
Pendidikan anak
bukan hanya disekolah saja, tetapi dirumah dan di masyarakat sekitar
kita. Sebagai orangtua hanya berusaha membangun fondasi yang kuat untuk
mereka termasuk mental-spiritual dan kita harus dapat menjadi teladan
yang baik untuk anak kita.
Sebagai orangtua sebaiknya tidak hanya
memikirkan IQ anak saja tetapi kita berusaha membentuk keseimbangan
antara IQ dan EQ (kecerdasan emosional seseorang yang dipengaruhi oleh
lingkungan), karena dengan EQ tinggi anak diharapkan dapat survive
dalam segala masalah hidup walaupun anak itu hanya memiliki IQ yg
rendah, dia mampu menghadapai kegagalan dan belajar mengambil pelajaran
dari kegagalan tersebut. Pada seseorang yang memiliki EQ rendah
sedangkan berIQ tinggi, atau di atas rata - rata akan mempunyai
kecendrungan untuk sulit menguasai emosi.
Apapun usaha dan harapan
orangtua pada anak hrus diingat bahwa itu adalah kehidupan anak bukan
milik kita, maksud kita ingin anak kreatif dan mandir tetapi sudah
ngatur semua masa depannya.
D. Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini dalam Membangun Masa Depan Bangsa
Kondisi
SDM Indonesia berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh PERC
(Political and Economic Risk Consultancy) pada bulan Maret 2002
menunjukkan kualitas pendidikan Indonesia berada pada peringkat ke-12,
terbawah di kawasan ASEAN yaitu setingkat di bawah Vietnam. Rendahnya
kualtias hasil pendidikan ini berdampak terhadap rendahnya kualtias
sumber daya manusia Indonesia.
Dalam kondisi seperti ini tentunya
sulit bagi bangsa Indonesia untuk mampu bersaing dengan bangsa-bangsa
lain. Pembangunan sumber daya manusia yang dilaksanakan di Negara-negara
maju seperti Amerika Serikat, Jerman, Jepang dan sebagainya, dimulai
dengan pengembangan anak usia dini yang mencakup perawatan, pengasuhan
dan pendidikan sebagai program utuh dan dilaksanakan secara terpadu.
Pemahaman pentingnya pengembangan anak usia dini sebagai langkah dasar
bagi pengembangan sumber daya manusia juga telah dilakukan oleh
bangsa-bangsa ASEAN lainnya seperti Thailand, Singapura, termasuk negara
industry Korea Selatan. Bahkan pelayanan pendidikan anak usia dini di
Singapura tergolong paling maju apabila dibandingkan dengan
negara-negara ASEAN lainnya.
Di Indonesia pelaksanaan PAUD masih
terkesan ekslusif dan baru menjangkau sebagian kecil masyarakat.
Meskipun berbagai program perawatan dan pendidikan bagi anak usia dini
usia (0-6 tahun) telah dilaksanakan di Indonesia sejak lama, namun
hingga tahun 2000 menunjukkan anak usia 0-6 tahun yang memperoleh
layanan perawatan dan pendidikan masih rendah. Data tahun 2001
menunjukkan bahwa dari sekitar 26,2 jut anak usia 0-6 tahun yang telah
memperoleh layanan pendidikan dini melalui berbagai program baru sekitar
4,5 juta anak (17%). Kontribusi tertinggi melalui Bina Keluarga Balita
(9,5%), Taman Kanak-kanak (6,1%), Raudhatul Atfal (1,5%). Sedangkan
melalui penitipan anak dan kelompok bermain kontribusinya masing-masing
sangat kecil yaitu sekitar 1% dan 0,24%.
Masih rendahnya layanan
pendidikan dan perawatan bagi anak usia dini saat ini antara lain
disebabkan masih terbatasnya jumla lembaga yang memberikan layanan
pendidikan dini jika dibanding dengan jumlah anak usia 0-6 tahun yang
seharusnya memperoleh layanan tersebut. Berbagai program yang ada baik
langsung (melalui Bina Keluarga Balita dan Posyandu) yang telah ditempuh
selama ini ternyata belum memberikan layanan secara utuh, belum
bersinergi dan belum terintegrasi pelayanannya antara aspek pendidikan,
kesehatan dan gizi. Padahal ketiga aspek tersebut sangat menentukan
tingkat intelektualitas, kecerdasan dan tumbuh kembang anak.
Pentingnya
pendidikan anak usia dini telah menjadi perhatian dunia internasional.
Dalam pertemuan Forum Pendidikan Dunia tahun 2000 di Dakar Senegal
menghasilkan enam kesepakatan sebagai kerangka aksi pendidikan untuk
semua dan salah satu butirnya adalah memperluas dan memperbaiki
keseluruhan perawatan dan pendidikan anak usia dini, terutama bagi
anak-anak yang sangat rawan dan kurang beruntung, Indonesia sebagai
salah satu anggota forum tersebut terikat untuk melaksanakan komitmen
ini.
Perhatian dunia internasional terhadap urgensi pendidikan anak
usia dini diperkuat oleh berbagai penelitian terbaru tentang otak. Pada
saat bayi dilahirkan ia sudah dibekali Tuhan dengan struktur otak yang
lengkap, namun baru mencapai kematangannya setelah di luar kandungan.
Bayi yang baru lahir memiliki lebih dari 100 milyar neuron dan sekitar
satu trilyun sel glia yang berfungsi sebagai perekat serta synap
(cabang-cabang neuron) yang akan membentuk bertrilyun-trilyun sambungan
antar neuron yang jumlahnya melebihi kebutuhan. Synap ini akan bekerja
sampai usia 5-6 tahun. Banyaknya jumlah sambungan tersebut mempengaruhi
pembentukan kemampuan otak sepanjang hidupnya. Pertumbuhan jumlah
jaringan otak dipengaruhi oleh pengalaman yang didapat anak pada
awal-awal tahun kehidupannya, terutama pengalaman yang menyenangkan.
Pada fase perkembangan ini akan memiliki potensi yang luar biasa dalam
mengembangkan kemampuan berbahasa, matematika, keterampilan berpikir,
dan pembentukan stabilitas emosional.
Ada empat pertimbangan pokok pentingnya pendidikan anak usia dini, yaitu:
(1) Menyiapkan tenaga manusia yang berkualitas,
(2) Mendorong percepatan perputaran ekonomi dan rendahnya biaya sosial karena tingginya produktivitas kerja dan daya tahan,
(3) Meningkatkan pemerataan dalam kehidupan masyarakat,
(4) Menolong para orang tua dan anak-anak.
Pendidikan
anak usia dini tidak sekedar berfungsi untuk memberikan pengalaman
belajar kepada anak, tetapi yang lebih penting berfungsi untuk
mengoptimalkan perkembangan otak. Pendidikan anak usia dini sepatutnya
juga mencakup seluruh proses stimulasi psikososial dan tidak terbatas
pada proses pembelajaran yang terjadi dalam lembaga pendidikan. Artinya,
pendidikan anak usia dini dapat berlangsung dimana saja dan kapan saja
seperti halnya interaksi manusia yang terjadi di dalam keluarga, teman
sebaya, dan dari hubungan kemasyarakatan yang sesuai dengan kondisi dan
perkembangan anak usia dini.
E . Perkembangan Anak Usia Dini
Sebagian
besar masyarakat berpendapat bahwa memberikan pendidikan anak usia dini
cukup dilakukan oleh orang dewasa yang tidak memerlukan pengetahuan
tentang PAUD. Selain itu juga mereka menganggap PAUD tidak memerlukan
profesionalisme. Pandangn tersebut adalah keliru.
Jika PAUD ingin
dilakukan di rumah oleh ibu-ibu sendiri, maka ibu-ibu itu perlu belajar
dan menambah pengetahuan tentang proses pembelajaran anak, misalnya
dengan membaca buku, mengikuti ceramah atau seminar tentang PAUD.
Kenyataannya
semakin banyak ibu-ibu bekerja di luar rumah, oleh karena itu haruslah
orang yang menggantikan peran ibu tersebut memahami proses tumbuh
kembang anak.
Pembelajaran pada anak usia dini adalah proses
pembelajaran yang dilakukan melalui bermain. Ada lima karakteristik
bermain yang esensial dalam hubungan dengan PAUD (Hughes, 1999), yaitu:
meningkatkan motivasi, pilihan bebas (sendiri tanpa paksaan), non
linier, menyenangkan dan pelaku terlibat secara aktif.
Bila salah
satu kriteria bermain tidak terpenuhi misalnya guru mendominasi kelas
dengan membuatkan contoh dan diberikan kepada anak maka proses belajar
mengajar bukan lagi melalui bermain. Proses belajar mengajar seperti itu
membuat guru tidak sensitif terhadap tingkat kesulitan yang dialami
masing-masing anak.
Ketidaksensitifan orangtua terhadap kesulitan
anak bisa juga terjadi, alasan utama yang dikemukakan biasanya karena
kurangnya waktu karena orangtua bekerja di luar rumah.
Memahami
perkembangan anak dapat dilakukan melalui interaksi dan interdependensi
antara orangtua dan guru yang terus dilakukan agar penggalian potensi
kecerdasan anak dapat optimal. Interaksi dilakukan dengan cara guru dan
orangtua memahami perkembangan anak dan kemampuan dasar minimal yang
perlu dimiliki anak, yaitu musikal, kinestetik tubuh, logika matematika,
linguistik, spasial, interpersonal dan intrapersonal, karena pada
umumnya semua orang punya tujuh intelegensi itu, tentu bervariasi
tingkat skalanya.
E . Peran Orang Tua dalam Pendidikan Anak Usia Dini
Anak
adalah perwujudan cinta kasih orang dewasa yang siap atau tidak untuk
menjadi orang tua. Memiliki anak, siap atau tidak, mengubah banyak hal
dalam kehidupan, dan pada akhirnya mau atau tidak kita dituntut untuk
siap menjadi orang tua yang harus dapat mempersiapkan anak-anak kita
agar dapat menjalankan kehidupan masa depan mereka dengan baik.
Mengenal, mengetahui, memahami dunia anak memang bukan sesuatu yang
mudah. Dunia yang penuh warna-warni, dunia yang segalanya indah, mudah,
ceria, penuh cinta, penuh keajaiban dan penuh kejutan. Dunia yang
seharusnya dimiliki oleh setiap anak anak namun dalam kepemilikanya
banyak bergantung pada peranan orang tua.
Para ahli sependapat bahwa
peranan orang tua begitu besar dalam membantu anak-anak agar siap
memasuki gerbang kehidupan mereka. Ini berarti bahwa jika berbicara
tentang gerbang kehidupan mereka, maka akan membicarakan prospek
kehidupan mereka 20-25 tahun mendatang. Pada tahun itulah mereka
memasuki kehidupan yang sesungguhnya. Masuk ke dalam kemandirian penuh,
masuk ke dalam dunia mereka yang independen yang sudah seharusnya
terlepas penuh dari orang tua dimana keputusan-keputusan hidup mereka
sudah harus dapat dilakukan sendiri. Disinilah peranan orang tua sudah
sangat berkurang dan sebagai orang tua, pada saat itu kita hanya dapat
melihat buah hasil didikan kita sekarang, tanpa dapat melakukan
perubahan apapun.
Mengapa orang tua perlu meningkatkan
intelektualitas anak demi mempersiapkan mereka masuk sekolah?
Jawabannya, sekolah saat ini meminta persyaratan yang cukup tinggi dari
kualitas seorang siswa. Masih didapat siswa yang masuk SD sudah
diperkenalkan dengan berbagai macam pelajaran dan ilmu sejak dini.
Anak-anak sudah harus memiliki kreativitas yang tinggi sejak kecil. Oleh
sebab itu, anak-anak yang memiliki intelektualitas yang tinggi akan
lebih mudah menerima dengan baik semua yang diajarkan. Mereka akan
memiliki kepercayaan diri yang tinggi, lebih mudah beradaptasi, lebih
mudah menerima hal-hal yang baru, atau intelektualitas anak bisa
dikembangkan jauh sebelum mereka masuk ke sekolah. Kondisi seperti
itulah yang menempatkan orang tua sebagai guru pertama dan utama bagi
anak-anaknya dalam program pendidikan informal yang terjadi di
lingkungan keluarga.
G . Permasalahan Pendidikan Anak Usia Dini
Memasuki
abad XXI dunia pendidikan di Indonesia menghadapi tiga tantangan besar.
Pertama, sebagai akibat dari multi krisis yang menimpa Indonesia sejak
tahun 1997, dunia pendidikan dituntut untuk dapat mempertahankan
hasil-hasil pembangunan pendidikan yang telah dicapai. Kedua, untuk
mengantisipasi era globalisasi, dunia pendidikan dituntut untuk
mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehingga mampu
bersaing dalam pasar kerja global. Ketiga, sejalan dengan
diberlakukannya otonomi daerah, perlu dilakukan perubahan dan
penyesuaian system pendidikan nasional, sehingga dapat mewujudkan proses
pendidikan yang lebih demokratis, memperhatikan keragaman potensi,
kebutuhan daerah, peserta didik, dan mendorong peningkatan partisipasi
masyarakat.
Permasalahannya adalah ketidaksiapan bangsa Indonesia
menghadapi ketiga tantangan di atas, disebabkan rendahnya mutu sumber
daya manusianya. Untuk menghadapi tantangan itu, diperlukan upaya serius
melalui pendidikan sejak dini yang mampu meletakkan dasar-dasar
pemberdayaan manusia agar memiliki kesadaran akan potensi diri dan dapat
mengembangkannya bagi kebutuhan diri, masyarakat dan bangsa sehingga
dapat membentuk masyarakat madani.
Pendidikan anak usia dini
merupakan hal paling mendasar yang dilakukan sedini mungkin dan
dilaksanakan secara menyeluruh dan terpadu. Menyeluruh, artinya layanan
yang diberikan kepada anak mencakup layanan pendidikan, kesehatan dan
gizi. Terpadu mengandung arti layanan tidak saja diberikan pada anak
usia dini, tetapi juga kepada keluarga dan masyarakat sebagai satu
kesatuan layanan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar