Perang salib bertitik tolak pada pembangunan pesat yang berlaku di Eropa
Barat semasa abad pertengahan. Ini sebenarnya berawal dari kedengkian
orang-orang Kristen pada islam dan umat islam. Karena dalam perjalanan
dinasti islam mengalami sebuah kecemerlangan yang luar biasa. Ini dapat
dilihat dengan berhasilnya muslimin merebut wilayah-wilayah yang sangat
strategis. Maka bara dendam tersulut dalam dada mereka dan menunggu
waktu yang tepat untuk kembali merebut kekuasaan mereka. Mereka menunggu
kesempatan untuk membalas dendam tehadap umat yang telah merobek-robek
kerajaan Kristen. Maka ketika kesempatan itu datang dan kondisi umat
islam dalam keadaan yang lemah, mereka pun bertubi-tubi menghancurkan
islam dengan segala apa yang muslim miliki.
Pertarungan yang
sengit antar dua agama ini adalah awal dari permusuhan yang sangat
berkepanjangan. Perang salib adalah perang keagamaan selama hampir dua
abad yang terjadi reaksi umat Kristen di Eropa terhadap umat islam di
Asia yang dianggap sebagai pihak penyerang. Sebenarnya benih-benih ini
telah ada dan lebih tua dari perang itu sendiri. Perang ini terjadi
karena sejak tahun 632 sampai meletusnya perang salib sejumlah kota-kota
penting dan tempat suci umat Kristen telah diduduki oleh umat islam
seperti Syuriah, Asia kecil, Spanyol dan Sicilia.
1. Pengertian Perang Salib
Peperangan
yang terjadi antara dua agama ini disebut perang salib karena ekspedisi
militer mempergunakan salib sebagai symbol pemersatu yang diletakkan
pada masing masing pundak mereka untuk menunjukan bahwa peperangan yang
mereka lakukan adalah perang suci dan bertujuan untuk membebaskan kota
suci Baitul Maqdis (yerussalem) dari tangan orang-orang islam.
2. Penyebab Perang Salib
Adapun yang menjadi factor utama yang menyebabkan terjadinya perang salib adalah agama, politik dan sosial ekonomi.
1. Faktor Agama
Dalam
pandangan orang Kristen mereka sangat mengagungkan kekuatan suci gereja
dan kemampuannya untuk menghapus dosa. Maka banyak dari mereka yang
telah putus asa berbondong-bondong memanggil seruan ini. Ditambah lagi
dinasti Seljuk yang merebut Baitul Maqdis dari tangan Fathimiyah pada
tahun 1070, pihak Kristen merasa tidak bebas lagi menunaikan ibadah
kesana. Hal ini disebabkan karena penguasa Seljuk menetapkan sejumlah
peraturan yang dianggap mempersulit mereka yang hendak melaksanakan
ibadah ke Bait Al-Maqdis, bahkan mereka yang pulang berziarah sering
mengeluh karena mendapat perlakuan jelek dari orang-orang Seljuk yang
fanatic. Umat kristen merasa perlakuan para penguasa dinasti Seljuk
sangat berbeda dengan para penguasa Islam lainnya yang pernah menguasai
kawasan itu sebelumnya.
2. Faktor Politik
Kekalahan Byzantium
sejak tahun 330 yang disebut Konstantinopel di Manzikar (Malazizkir)
atau Malasyird, Armenia pada 1071 dan jatuhnya Asia kecil ke bawah
kekuasaaan Seljuk telah mendorong Kaisar Alexius I Comnesus (Kaisar
konstantinopel) untuk meminta bantuan pada Paus Urbanus II (1035-1099);
menjadi paus dari (1088-1099) dalam usahanya untuk mengembalikan
kekuasaannya di daerah-daerah pendudukan dinasti Seljuk. Paus Urbanus II
bersedia membantu Byzantium karena adanya janji kaisar Alexius untuk
dapat mempersatukan gereja Yunani dan Roma.
Pada waktu itu Paus
memiliki kekuasaan dan pengaruh yang sangat besar tehadap raja-raja yang
berada di bawah kekuasaannya. Ia dapat menjatuhkan sanksi kepada raja
yang membangkang perintah Paus dengan mencopot pengakuannya sebagai
raja.
Di lain pihak, kondisi kekuasaan Islam pada waktu itu
sedang lemah, sehingga orang-orang Kristen di Eropa berani untuk ikut
mengambil bagian dalam perang salib. Ketika itu, dinasti Seljuk di Asia
kecil sedang mengalami perpecahan, dinasti fathimiyah di Mesir dalam
keadaan lumpuh, sementara kekuasaan Islam di Spanyol semakin goyah.
Situasi semakin bertambah parah karena adanya pertentangan segi tiga
antara Khalifah Fathimiah di Mesir, khalifah Abasiyah di Baghdad dan
Amir Umayah di Cordova yang memproklamasikan dirinya sebagai khalifah.
Hal ini tampak dalam kondisi umat islam seperti berikut:
1. kelemahan dinasti Seljuk pasca wafatnya Malik Syah hingga menga-kibatkan Seljuk terpecah-pecah.
2.
tidak adanya pemimpin kuat yang menyatukan perpecahan umat islam dan
membentuk pasukan yang tangguh guna mengusir setiap lawan yang bermaksud
jahat kepada islam.
3. beberapa kabilah telah masuk agama Kristen
dan hal ini menjadikan Eropa Kristen memiliki jaringan yang kuat di
negara-negara timur.
Maka situasi demikian yang sangat
menguntungkan bangsa Eropa mendorong penguasa-penguasa Kristen di Eropa
untuk merebut satu persatu daerah-daerah kekuasaan Islam yang telah
begitu luas menguasai Eropa seperi dinasti-dinasti di Edessa (Arruha)
dan Baitul Maqdis.
3. Faktor Sosial Ekonomi
Keadaan ekonomi
Eropa lah yang sebenarnya menjadi dorongan kuat pada masyarakatnya untuk
ambil bagian dalam peperangan ini. Pandangan mereka yang selama ini
terkukung oleh kemiskinan atas seruan kebebasan dan materi menjadikan
mereka berduyun-duyun menyambut harapan itu. Maka semua lapisan baik
raja, bangsawan, pendeta, saudagar, petani, dan semuanya mempunyai
pandangan yang tidak berbeda terhadap perang salib. Oleh karenanya
perang ini menjadi alat pemersatu yang sangat baik atas kesatuan Eropa
melawan Islam.
Terjadinya peperangan ini pula adalah karena
ambisi para pedagang-pedagang besar yang berada di pantai timur laut
tengah terutama yang berada di kota Venezia, Genoa, dan Pisa, untuk
menguasai sejumlah kota-kota dagang di sepanjang pantai timur dan
selatan laut tengah untuk memperluas jaringan dagang dan mempermudah
jalur perdagangan itu sendiri karena mereka selama ini harus berhadapan
denagn para penguasa Islam dalam melakukan perdagangannya. Untuk itu
mereka rela menanggung sebagian dana perang salib dengan maksud
menjadikan kawasan itu sebagai pusat perdagangan mereka apabila pihak
Kristen Eropa memperoleh kemenangan. Hal itu dimungkinkan karena jalur
eropa akan bersambung dengan rute-rute perdagangan di timur melalui
jalur strategi tersebut.
Selain permasalahan di atas, dalam
kehidupan bangsa Eropa telah terbagi dalam kelas-kelas social masyarakat
yang ketika itu terdiri dari tiga kelompok yaitu ; kaum gereja, kaum
bangsawan serta ksatria, dan rakyat jelata. Meskipun kelompok yang
terakhir ini merupakan mayoritas di dalam masyarakat, tetapi mereka
menempati kelas yang paling rendah. Kehidupan mereka sangat tertindas
dan terhina. Mereka harus tunduk kepada tuan tanah yang sering
bertindaksemena-mena dan mereka dibebani berbagai pajak dan sejumlah
kewajiban lainnya. Oleh karena itu, ketika merekadimobilisasi oleh pihak
gereja untuk turut mengambil bagian dalam perang salib dengan janji
akan diberikan kebebasan dan kesejahteraan yang lebih baik bila perang
dapat dimenangkan, mereka menyambut seruan itu secaraspontan dengan
berduyun-duyun melibatkan diri dalam perang tersebut. Hal ini karena
memang kebebasan yang sanagt berarti dalam kehidupan mereka. Penindasan
yang selama ini mereka rasakan telah mengakibatkan mereka telah
kehilangan hakekat hidup itu sendiri. Maka adanya seruan itu bukan
karena mereka ingin memenuhi panggilan suci agama, bukan itulah sebab
mereka mengikuti perang salib.
Selain stratifikasi social
masyarakat Eropa yang memberlakukan diskriminasi terhadap rakyat jelata,
pada saat itu di Eropa berlaku hukum waris yang menetapkan bahwa hanya
anak tertua yang berhak menerima harta warisan. Apabila anak tertua
meninggal maka harta warisan harus diserahkan kepada gereja. Hal ini
telah menyebabkan populasi orang miskin semakin meningkat. Akibatnya,
anak-anak yang miskin sebagai konsekuensi hokum warisyang mereka taati
itu beramai-ramai pula mengikuti seruan mobilisasi umum itu dengan
harapan yang sama, yakni untuk mendapatkan perbaikan ekonomi.
Seruan Perang Salib
Maka
dengan beberapa factor yang menjadi penyebab bibit awal peperangan
itulah Sri Paus berani mengumumkan atas kebenciannya terhadap umat
islam. Maka idenya untuk mengadakan perang salib itu bergulir dengan
diawali kongres tahunan yang duhadiri oleh para uskup dan menyetujui
gagasannya. Ia menghasut dengan dalih pembebasan Baitul Maqdis, yang
pula mendapat dukungan para pesertakongres tersebut. Hal ini menjadi
semakin besar penagruhnya dengan seorang pendeta prancis, Boutros yang
berkeliling ke seluruh Eropa dalam membangkitkan sentiment agama
orang-orang Kristen dan mengajak mereka untuk berperang. Dan ajakan ini
betul-betul berpengaruh dalam hati umat Kristen. Maka berangkatlah dan
semakin menyebarlah gagasan Sri Paus atas perang salib ini .
3 Angkatan Perang Salib
Maka
setelah semuanya telah menjadi maklumat bersama, keinginan gereja pun
segera dilaksanakan, raja-raja para ksatria dan para prajurit mematuhi
panggilan ini dan menghimpun kekuatan yang besar. Maka banjir manusia
tumpah ruah memasuki daerah timur. Maka dimulailah rangkaian perang
tersebut dengan beberapa angkatan.
Adapun angkatan tersebut adalah;
•
Angkatan Salib Pertama; ini terjadi setelah Boutrus yang tanpa strategi
apapun akhirnya kalah dan terbunuh bersama seluruh tentaranya. Maka
pasukan Eropa keluar dengan pasukan yang lebih besar lagi dan dapat
menuai kemenangan, pasukan salib berhasil merebut Baitul Maqdisi dinasti
Seljuk. Maka setelah pasukan salib merebut daerah ini, terjadilah
peristiwa yang sangat mengerikan dengan pembantaian terhadap kaum
muslimin yang kira-kira berjumlah 6000 orang.
• Angkatan Salib
Kedua; kegagalan Eropa salib yang terjadi pada angkatan kedua ini karena
adanya ambisi dalam jabatan kepemimnan dan konflik internal antar
negara-negara Eropa hingga memotivasi Imaduddin Zanky untuk bangkit dan
melawan kekuatan salib. Ia menyerang pasukan salib yang bermaskas di
Halb dan berhasil menguasainya dengan mudah.
• Angkatan Salib
Ketiga; terjadi pada tahun 1183 M. ini adalah tantangan Eropa atas
bangkitnya mesir di bawah pimpinan Salahuddin yang merebut Yerussalem
dan menghancurkan kerajaan latin di palestina. Demikian dahsyatnya
pasukan yang Salahuddin pimpin hingga memupuskan harapan Kristen di
Timur. Ia melancarkan pukulan terhadap pasukan salib dan
tentaranyamemberiakn pil pahit kepada para pasukan salib tersebut. Maka
dalam pandangan salib, pasukan salahuddin amatlah menakutkan dalam
setiap peperangan melawan mereka.
• Angkatan Salib Keempat;
terjadi pada 1204 M. perang pada angkatan inilah yang dinilai paling
rusak dalam sejarah peperangan salib. Ini dikarenakan mereka bukanlah
para tentara yang terlatih melainkan para penyamun yang mencari
keuntungan dalam peperangan ini. Mereka hanya mencari sisa-sisa harta
imperium timur serta usaha menyelamatkan diri dari malapetaka perang
salib.
• Angkatan Salib Kelima dan Ketujuh; tahun 1217 M. pada
angkatan kelima dan ketujuh inilah, pasukan salib telah mencapai pada
titik keletihan yang teramat sangat. Mereka telah kehabisan bekal
makanan dan penyakit yang melanda sebagian besar tentaranya. Ditambah
lagi mereka telah kehilangan semangat perang, dan pada akhirnya mereka
pun sia-sia untuk melanjutkan misi ini. Mereka tertahan di perairan
Mesir dan datarn Daimetta yang pada akhirnya mereka pun kalah karena
tercerai berai.
• Angkatan Salib Keenam; pada 1228, dan inilah perang
salib yang paling menentukan antara hidup dan matinya Muslimin atau
kaum Salib. Yang mereka perebutkan adalah Yerussalem yang dalam
pandangan kedua agama ini adalah tempat suci agama mereka.
4. Periodesasi Perang Salib
Para
sejarawan saling berbeda pendapat dalam menetapkan periodesasi perang
salib. Prof. Ahmad Syalabi ( penulis buku Attarikh Al-Islami Wa
Al-Hadarah Al-islamiyah) atau sejarah dan kebudayaan Islam., misalnya
sebagai periodesasi perang salib itu atas tujuh periode. Sementara itu
Philip K.Hitti (orientalis) yang menulis buku “the history of The Arab”
memandang perang salib berlangsung terus-menerus denag kelompok yang
bervariasi, kadang –kadang berskala besar dan tidak jarang pula yang
berskala kecil. Selain itu arah dan peperangan tersebut antara gerakan
yang satu dan yang lainnya tidaklah terdapat pembatas yang jelas antara
tempat dan kurunnya. Meskipun demikian, Hitti berusaha membuat
periodesasi perang salib dengan menyederhanakan pembagiannya dalam tiga
periode.
Periode Pertama
Disebut periode penaklukkan
(1096-1144). Jalinan kerjasama antara kaisar Alexius dan Paus Urbanus II
berhasil membangkitkan semangant umat Kristen, terutama akibat pidato
Paus Urbanus II pada konsiliasi Clermont pada tanggal 26 Nopember 1095.
menurut penilaian Philip K.Hitti, pidato ini kemungkinan merupakan
pidato yang paling berkesan sepanjang sejarah yang telah dibuat Paus.
Pidato
ini bergema di seluruh Negara Kristen mempersiapkan berbagai bantuan
untuk mengadakan penyerbuan. Gerakan ini merupakan gerakan spontanitas
yang diikuti oleh berbagai kalangan masyarakat. Hassan Ibrahim (
sejarawan yang menulis buku sejarah islam) menggambarkan gerakan ini
sebagai gerombolan rakyat jelata yang tidak mempinyai pengalaman
berperang, tidak disiplin, dan tanpa memiliki persiapan.
Gerakan
ini dipimpin oleh Pierre I ‘ermite. Sepanjang jalan menuju kota
Konstantinopel mereka membuat keonaran, melakukan perampokan dan bahkan
terjadi bentrokan dengan penduduk Hongarian dan Byzantium. Akhirnya
dengan mudah pasukan salib dapat dikalahkan Dinasti Seljuk.
Perang
salib angkatan berikutnya dipimpin oleh God Frey Of Bouillon. Gerakan
kali ini lebih merupakan ekspedisi militer yang terorganisasi rapi.
Mereka berhasil menduduki kota suci Palestina pada tanggal 7 juni 1099.
pasukan ini melakukan pembantaian besar-besaran selama lebih kurang
seminggu terhadap umat islam tanpa membedakan laki-laki dan perempuan,
anak-anak dan dewasa, serta tua dan muda. Disamping itu mereka
membumihasungkan bangunan-bangunan umat islam. Sebelum pasukan ini
memasuki Baitul Maqdis, mereka terlebih dahulu merebut Anatolia Selatan,
daerah Tarsus, Antiokia, Alefo dan Arruha (Edessa). Selain itu, mereka
juga berhasil merebut Tripoli, Syam (Suriah) dan Acre.
Kemenangan
pasukan salib dalam periode ini telah mengubah peta dunia islam dan
situasi di kawasan itu. Sebagai akibat dari kemenangan tersebut,
berdirilah beberapa kerajaan latin Kristen timur, yaitu kerajaan Baitul
Maqdis (1099) di bawah pemerintahan raja God Frey, Edessa (1098)
diperintah oleh raja Baldwin, dan Tripoli (1109) dibawah kekuasaan raja
Raymond.
Periode Kedua
Disebut periode reaksi umat islam
(1144-1192). Jatuhnya beberapa wilayah kekuasaan islam ke tangan kaum
Salib membangkitkan kesadaran kaum muslimin menghimpun kekuatan guna
menghadapi mereka. Di bawah komando Imaduddin Zangi, gubernur Mosul,
kaum muslimin maju membendung serangan kaum salib. Bahkan mereka
berhasial kembali merebut Allepo dan edessa (Arruha) pada tahun 1144.
setelah Imadudin Zangi wafat pada tahun 1146, posisinya digantikan oleh
putranya Nuruddin Zangi. Dibawah kepemimpinannya ia meneruskan citi-cita
ayahnya untuk membebaskan negri-negri islam dari serangan kaum salib.
Kota-kota yang berhasial ia dapatkan kembali adalah:
1. Damaskus (1147)
2. Antiokia (1149)
3. Mesir (1169)
Keberhasilan
kaum muslimin dalam merebut kembali beberapa kota islam yang telah
diduduki oleh kaun salib adalah setelah munculnya pejuang islam yang
bernama salahuddin Yusuf Al-Ayyubi (saladin) di Mesir yang berhasil
membebaskan Baitul Maqdis pada tanggal 2 Oktober 1187, telah
membangkitkan kembali semangat kaum salib untuk mengirim ekspedisi
militer yang lebih kuat. Ekspedisi dibawah pimpinan raja-raja Eropa
seperti:
1. FrederickI
2. Richard I
3. Philip I
Ekspedisi
militer salib kali ini dibagi dalam beberapa divisi. Sebagian menempuh
jalan darat, sebagian lagi menempuh jalan laut. Federick yang
memimpindivisi barat tewas tenggelam dalam penyebrangannya di Sungai
Armenia, dekat kota Arruha.
Sebagian tentaranya kembali, kecuali
beberapa orang yang melanjutkan perjalanannya dibawah pimpinan putranya.
Adapun kedua divisi lainnya menempuh jalur laut bertemu di Sicilia.
Mereka berada di sana sampai musim dingin berlalu.
Karena terjadi
kesalahpahaman, akhirnya mereka meninggalkan Sicilia secara terpisah.
Richard menuju Cyprus dan mendudukinya, kemudian melanjutkan
perjalanannya ke Syam (Syuriah) adapun Philip langsung ke Acre. Di sana
pasukannya berhadapan dengan pasukan Salahuddin Yusuf Al-Ayyubi. Tidak
berapa lama kemudian, dating pula Richard dengan pasukannya yang
mengakibatkan pertempuran sengit terjadi. Akhirnya kota Acre
ditinggalkan oleh pasukan Salahuddin yang memilih mundur uantuk
mempertahankan kota Mesir.
Dalam keadaan demikian, kedua belah
pihak sepakat untuk melakukan gencatan senjata dan membuat suatu
perjanjian. Inti perjanjian damai adalah : daerah pedalaman akan menjadi
milik muslimin dan umat Kristen yang akan berziarah ke Baitul Maqdis
akan terjamin keamanannya, sedangkan daerah pesisir utara, Acre dan
jaffa berada di bawah kekuasaan tentara Salib.
Tidak lama kemudian setelah perjanjian itu disepakati, Salahuddin meninggal dunia pada bulan Safar 589/ Februari 1193.
Periode Ketiga
Periode
yang berlangsung 1193-1291 ini lebih dikenal dengan periode perang
saudara kecil-kecilan atau periode kehancuran kaum salib. Hal ini
dikarenakan pada masa ini lebih disemangati oleh ambisi politik untuk
memperoleh kekuasaan dan jabatan serta yang bersifat material ketimbang
motivasi agama. Tujuan mereka untuk membebaskan Baitul Maqdis
seolah-olah mereka lupakan. Hal ini dapat terliaht ketika pasukan salib
yang mereka persiapkan untuk menyerang Mesir (1202-1204) ternyata
membelokkan tujuan menuju konstantinopel. Kota ini direbut dan diduduki
oleh Baldwin sebagai rajanya. Ia merupakan raja Roma Latin pertama yang
berkuasa di Konstantinopel.
Dalam periode ini telah terukir dalam
sejarah pahlawan wanita yang tekenal gagah berani, yaitu Syajar
Ad-durr. Ia berhasil menghancurkan pasukan raja Louis IX dari prancis
dan sekaligus menangkap raja tersebut, bukan hanya itu sejarah juga
telah mencatat bahwa pahlawan wanita yang gagah berani itu telah mampu
menunjukan kebesaran islam dengan membebaskan dan mengizinkan kembali
raja Louis IX kembali ke negerinya, perancis.
Dalam bidang
militer, dunia barat menemukan persenjataan dan taktik berperang yang
belum pernah mereka temui sebelumnya di negeri mereka, seperti
menggunakan bahan-bahan peledak untukmelontarkan peluru, pertarungan
ssenjata dengan menggunakan kuda, tehnik melatih burung merpati untuk
kepentingan inffformasi militer, dan penggunaan alat-alat rebana dan
gendang untuk memberi semangat untuk pasukan militer di medan perang.
Dalam
bidanmg perindustrian, mereka banyak menemukan kain tenun sekaligus
peralatan tenun di dunia timur. Untuk itu mereka mengimpor bernagai
jenis kain, seperti muslin, satin, dan dammar dari timur barat. Mereka
juga menemukan berbagai jenis farpum kemenyan dan getah Arab yang dapat
mengharumkan ruangan.
System pertanian yang sama sekali baru di
dunia barat mereka temukan di timur islam seperti model irigasi yang
praktis dan jenis tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan yang beraneka macam.
Hal yang sangat penting lainnya adalah penemuan gula.
Hubungan
perniagaan dengan timur menyebabkan mereka menggunakan alat tukar uang
sebagai alat barang. Sebelumnya mereka masih menggunakan system barter.
Ilmu ekonomi yang mereka kembangkan sejak abad ke 9 telah pula
melahirkan observatorium dunia barat. Selain itu mereka meniru rumah
sakit dan pemandu yang tidak kalah pentingnya adalah sikap dan
kepribadian umat islam di timur pada waktu itu telah memberikan penagruh
positif terhadap nilai-nilai kemanusiaan di Eropa yang sebelumnya tidak
mendapatkan perhatian.
Demikianlah beberapa keuntungan yang
didapat Barat dan Timur. Namun demikian adanya atas dunia timur. Perang
salib telah memberikan peradaban besar terhadap kemajuan Barat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar